Pemeriksaan endoskopi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk melihat organ tertentu, menggunakan alat khusus yang dimasukkan ke dalam tubuh. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk mendeteksi gangguan atau masalah di dalam tubuh, sehingga dapat mengobatinya dengan tepat.

Endoskopi dilakukan untuk mengamati kondisi organ di dalam tubuh, seperti saluran pencernaan, pernapasan, saluran kemih, dan rahim. Endoskopi dapat dilakukan untuk tujuan diagnostik (pemeriksaan) ataupun untuk menyembuhkan penyakit.

Kenapa Endoskopi Dilakukan?

Pemeriksaan endoskopi dapat dilakukan untuk menentukan penyebab dari keluhan yang dialami pasien, serta mendeteksi lokasi ganggguan yang terjadi di dalam tubuh.

Dokter dapat menyarankan endoskopi jika pasien mengalami keluhan atau masalah medis tertentu, seperti:

  • Gangguan saluran cerna, meliputi tukak lambung, sulit menelan, penyakit asam lambung (GERD), penyakit radang usus, radang pankreas, batu empedu, sembelit kronis, dan perdarahan saluran cerna.
  • Gangguan pada saluran napas, meliputi batuk berdarah, batuk kronis, hambatan jalan napas, sesak napas, tumor paru, dan benda asing di saluran napas.
  • Gangguan pada saluran kemih, meliputi batu saluran kemih atau kandung kemih, tumor kandung kemih, kencing berdarah, inkontinensia urine, dan cedera atau luka pada saluran kemih.
  • Gangguan pada organ reproduksi, meliputi pendarahan vagina, radang panggul, sering keguguran, infertilitas, miom dan kista rahim, kanker rahim, dan kelainan bentuk rahim.

Selain untuk pemeriksaan, dokter juga dapat melakukan berbagai tindakan melalui endoskopi, seperti biopsi, menghentikan perdarahan, mengangkat benjolan yang dicurigai tumor, miom, atau kista, serta melakukan sterilisasi (kontrasepsi permanen).

Jenis-Jenis Endoskopi Diagnostik

Ada berbagai jenis endoskopi berdasarkan organ tubuh yang diamati, yaitu:

  • Artroskopi, untuk memeriksa kelainan dan masalah pada sendi, seperti radang sendi.
  • Bronkoskopi, untuk mengamati kondisi saluran pernapasan yang menuju paru-paru.
  • ERCP, untuk mendiagnosis gangguan pada pankreas, saluran empedu, dan kandung empedu.
  • Gastroskopi, untuk memantau saluran kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari (duodenum).
  • Kolonoskopi, untuk mengamati kondisi usus besar. Umumnya dilakukan untuk mendiagnosis kanker usus besar.
  • Kolposkopi, untuk mengamati kondisi serviks atau leher rahim. Umumnya untuk mendiagnosis kemungkinan displasia serviks dan kanker serviks.
  • Laparoskopi, untuk mengamati kondisi organ dalam rongga perut atau panggul. Salah satunya adalah untuk mendeteksi penyebab infertilitas, tumor di rongga panggul, serta peritonitis.
  • Laringoskopi, untuk melihat gangguan pada pita suara dan tenggorokan, misalnya polip atau kanker tenggorokan.
  • Mediastinoskopi, untuk mengamati kondisi dan bagian dalam rongga dada beserta organ di dalamnya. Endoskopi jenis ini dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit limfoma dan sarkoidosis, kanker paru-paru, dan kanker kelenjar getah bening yang telah menyebar ke rongga dada.
  • Proktoskopi, untuk mengamati dan mengevaluasi perdarahan pada rektum (bagian akhir usus sebelum anus).
  • Sistoskopi, untuk mengamati kondisi saluran kemih dan kandung kemih. Endoskopi jenis ini digunakan untuk mendiagnosis kemungkinan kanker kandung kemih.
  • Thorakoskopi, untuk mengamati kondisi rongga antara dinding dada dan paru. Biasanya digunakan untuk biopsi paru-paru.

Pelaksanaan Prosedur Endoskopi

Prosedur endoskopi dilakukan menggunakan alat bernama endoskop, yang dimasukkan langsung ke dalam tubuh. Endoskop sendiri adalah alat berbentuk tabung atau selang panjang, tipis, dan lentur, yang dilengkapi dengan kamera dan senter pada bagian ujungnya.

Kamera dan senter ini berguna untuk melihat keadaan organ di dalam tubuh, dan gambarnya akan ditampilkan pada monitor. Selain kamera, endoskop juga bisa dilengkapi dengan peralatan bedah pada ujungnya, untuk melakukan prosedur medis tertentu.

Sebelum endoskopi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, serta berbagai tes penunjang, seperti pemeriksaan darah dan Rontgen. Dokter juga akan memberikan penjelasan mengenai cara prosedur dilakukan serta persiapan apa saja yang harus dilakukan pasien, misalnya apakah pasien perlu berpuasa sebelumnya atau menginap di rumah sakit.

Endoskopi dapat dilakukan pada pasien dalam kondisi sadar, namun sebagian endoskopi perlu anastesi, baik itu bius lokal atau bius total.

Lama prosedur endoskopi hanya sekitar 15-60 menit. Dokter akan memasukkan alat endoskop ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, anus, saluran kemih, vagina, atau melalui sayatan kecil pada kulit.

Pemulihan setelah Pemeriksaan Endoskopi

Setelah prosedur, dokter akan menutup luka sayatan dengan jahitan dan perban jika endoskopi dilakukan melalui sayatan. Kemudian dokter akan memantau kondisi pasien selama beberapa jam, sambil menunggu efek obat bius habis. Umumnya, pasien tidak memerlukan rawat inap dan dapat segera pulang setelah menjalani endoskopi.

Untuk mengantisipasi rasa lelah dan tidak nyaman setelah endoskopi akibat anestesi atau obat-obatan yang digunakan, pasien disarankan untuk mengambil libur atau cuti kerja, serta ditemani oleh kerabat atau keluarga saat menjalani prosedur ini. Pasien juga sebaiknya tidak mengemudi atau melakukan aktivitas berat setelah menjalani prosedur endoskopi.

Mempertimbangkan Risiko

Meski jarang terjadi, endoskopi tetap merupakan prosedur medis yang memiliki risiko. Beberapa risiko yang dapat terjadi setelah endoskopi adalah nyeri, infeksi, perdarahan, kerusakan organ, serta pembengkakan dan kemerahan di tempat sayatan.

Umumnya endoskopi dilakukan di rumah sakit dan dikerjakan oleh dokter spesialis gastroenterologi atau dokter bedah digestif. Jika dokter menyarankan tindakan endoskopi, jangan segan untuk menanyakan alasan, tujuan dan risikonya, serta hal-hal apa saja yang perlu Anda persiapkan.